Terlihat salah satu judul buku yang cukup menarik
dan mencengangkan bagi saya ketika itu karya Ahmad Salim Badwilan, tepat pada milad pondok ku yang ke 42
pada suatu bazar buku di pinggir gedung serba guna, tercantum disana harga yang
cukup dengan saku saya ketika itu, walaupun dengan rasa mau-mau enggak-enggak
akhirnya saya membeli buku itu walau harus mengorbankan uang jajan selama 3
hari. Ada beberapa judul menarik ketika saya melihat daftar isinya tetapi satu
yang paling menarik adalah judul yang tertera pada cover bagian depannya yaitu “
300 km menuju jahannam”. Maka dari itu saya
mencoba untuk menceritakannya kembali, sebagai bahan pelajaran bagi kita semua
dan insya allah bermanfaat.
Diceritakan bahwa kisah ini dialami oleh seorang
pemuda di kota Riyadh – Saudi Arabia. Kira-kira beginilah apa yang dikatakan
pemuda tersebut saat mengisahkan dirinya sendiri; “Sesungguhnya tidak pernah
terlintas dalam pikiranku untuk melakukan suatu bentuk ketaatan kepada Allah SWT
bahkan hingga aku dan sahabat-sahabatku memutuskan untuk melakukan sebuah
perjalanan jauh menuju tempat seorang teman di kota Dammam sekitar 4 jam
perjalanan dari kota Riyadh”.
Sore hari pada waktu yang sudah disepakati, pemuda
tersebut berangkat ke kota Dammam menggunakan sebuah mobil bersama keempat
temannya yang sudah seperti saudara dalam urusan kesibukan dan kesenangan
dunia. Mereka berangkat dengan tujuan mendapatkan pengalaman bersenang-senang
yang tidak terlupakan di kota Dammam. Diantara teman-temannya, si pemuda ini
adalah sosok yang sangat menyenangkan dan menjadi sahabat yang disayangi setiap
temannya karena urusan dunia. Saat itu ia duduk di kursi depan agar dapat
menikmati perjalanan dengan lebih baik.
Setelah 20 menit perjalanan dalam kota akhirnya mereka mulai masuk jalur lintas kota dengan berbagai rambu penunjuk arah dilengkapi jarak yang harus ditempuh untuk menuju kota tertentu. Saat itu terlihat sebuah rambu yang bertuliskan DAMMAM 300 KM. Namun alangkah terkejutnya si pemuda tadi karena apa yang dia baca adalah JAHANNAM 300 KM. Namun dalam hatinya dia berpikir mungkin saja dia hanya salah baca karena mobil yang ditumpanginya melaju dengan sangat cepat. Itulah kenapa dia tidak menghiraukannya dan kembali menikmati perjalanan dengan keempat sahabatnya.
Satu jam perjalanan mereka lalui dengan canda tawa dan gurauan segar akan kehidupan mereka dalam pergaulan sehari-hari di kota Riyadh mengingat mereka termasuk pemuda populer dikotanya. Tak lama, terlihat lagi sebuah rambu yang bertuliskan DAMMAM 200 KM. Si pemuda langsung terhentak saat dia kembali membacanya JAHANNAM 200 KM. Dengan kaget dan penasaran dia berkata: “Apakah kalian lihat rambu tadi? Aku membaca tulisan JAHANNAM 200 KM pada rambu itu!”, sahabatnya menyambut pertanyaan itu dengan tawa dan gurauan seraya berkata: “Apakah matamu sudah buram sahabatku, kami semua membacanya dan hanya kau yang salah membaca sebuah tulisan yang besar tadi...”. Akhirnya si pemuda itu terdiam heran dengan anggapan bahwa ia benar-benar salah membaca rambu tersebut.
Setelah 20 menit perjalanan dalam kota akhirnya mereka mulai masuk jalur lintas kota dengan berbagai rambu penunjuk arah dilengkapi jarak yang harus ditempuh untuk menuju kota tertentu. Saat itu terlihat sebuah rambu yang bertuliskan DAMMAM 300 KM. Namun alangkah terkejutnya si pemuda tadi karena apa yang dia baca adalah JAHANNAM 300 KM. Namun dalam hatinya dia berpikir mungkin saja dia hanya salah baca karena mobil yang ditumpanginya melaju dengan sangat cepat. Itulah kenapa dia tidak menghiraukannya dan kembali menikmati perjalanan dengan keempat sahabatnya.
Satu jam perjalanan mereka lalui dengan canda tawa dan gurauan segar akan kehidupan mereka dalam pergaulan sehari-hari di kota Riyadh mengingat mereka termasuk pemuda populer dikotanya. Tak lama, terlihat lagi sebuah rambu yang bertuliskan DAMMAM 200 KM. Si pemuda langsung terhentak saat dia kembali membacanya JAHANNAM 200 KM. Dengan kaget dan penasaran dia berkata: “Apakah kalian lihat rambu tadi? Aku membaca tulisan JAHANNAM 200 KM pada rambu itu!”, sahabatnya menyambut pertanyaan itu dengan tawa dan gurauan seraya berkata: “Apakah matamu sudah buram sahabatku, kami semua membacanya dan hanya kau yang salah membaca sebuah tulisan yang besar tadi...”. Akhirnya si pemuda itu terdiam heran dengan anggapan bahwa ia benar-benar salah membaca rambu tersebut.
Dua jam perjalanan sudah mereka tempuh saat mereka
kembali melihat sebuah rambu jauh di depan mereka. Si pemuda ini tak ingin
salah baca lagi sehingga ia benar-benar mengamati rambu yang masih jauh
didepannya dengan segenap konsentrasi yang bisa ia kerahkan di tengah canda
tawa sahabatnya disertai musik kesukaan mereka. Saat rambu itu mendekat,
ternyata si pemuda ini membacanya JAHANNAM 100 KM bukannya DAMMAM yang
merupakan kota tujuan mereka. Dengan hati bergejolak dia memberanikan diri merusak
suasana dengan pertanyaan: “Hei, aku benar-benar membacanya JAHANNAM 100 KM,
apakah kalian semua tidak membacanya??” sahabatnya yang mengemudikan mobil
menjawab: “Apakah kau benar-benar ingin merusak perjalanan ini? sudahlah...kau
membuat kami semua takut! Aku membacanya DAMMAM 100 KM lagi dan itu berarti
kita sudah hampir sampai! Jangan kau pikirkan apa yang kau baca, mungkin saja
perjalanan ini membuat matamu sangat letih!!
Dengan hati yang semakin bergejolak si pemuda
tersebut terdiam hingga tak lama kemudian semuanya kembali tenggelam dalam
suasana canda tawa kecuali si pemuda tersebut yang akhirnya tertidur dalam
suasana hati tak menentu. Langit sudah semakin gelap saat si pemuda itu
terbangun dan membaca rambu JAHANNAM 25 KM yang tepat berada didepannya dan
terbaca dengan sangat jelas. Dengan ketakutan ia berkata: “Apakah kalian semua
benar-benar tidak membaca rambu tadi?? Aku benar-benar membaca tulisan JAHANNAM
25 KM!! Aku takut sekali karena aku sangat yakin dengan apa yang aku baca sejak
keberangkatan kita!! Lebih baik kita kembali ke Riyadh saja sekarang!!”
sahabatnya menjawab “Apa kau sudah gila?? Kita sudah sangat dekat dengan kota
DAMMAM dan sekarang kau minta kami berbalik arah untuk menempuh 4 jam
perjalanan tanpa henti?? Sudahlah sahabatku, nikmati saja 25 KM ini menuju
tempat kita bersenang-senang..perjalanan ini benar-benar membuatmu kelelahan
hingga berhalusinasi!”
Dengan perasaan takut mencekam dihatinya si pemuda
tersebut berusaha meyakinkan sahabat-sahabatnya bahwa ia sama sekali tidak
berhalusinasi dengan apa yang ia baca dan berusaha membuat mereka sepakat untuk
berbalik arah untuk kembali ke kota Riyadh. Tanpa terasa dalam perdebatan
sengit itu mereka mendekati sebuah rambu yang kembali terbaca si pemuda
tersebut JAHANNAM 10 KM. Lantas si pemuda tadi terhentak an berkata: “Oh
tidak!! Turunkan aku disini, aku tidak mau melanjutkan perjalanan ini!! Aku
tidak akan melanjutkan perjalanan ini bersama kalian, aku akan kembali ke
Riyadh walaupun sendirian!! Turunkan aku disini SEKARANG!!” sahabatnya berkata
“Kau benar-benar sudah gila sahabatku, kau sudah merusak perjalanan ini dengan
peringatan mu akan Janannam yang sangat tidak menyenangkan hati kami! Kau
benar-benar tidak menyengkan lagi bagi kami!!”. Akhirnya si pemuda tersebut
turun dijalan untuk kemudian mencari tumpangan ke kota Riyadh, sementara
sahabat-sahabatnya meneruskan perjalanan ke kota Dammam, tempat mereka akan
bersenang-senang.
Di tepi jalan lintas kota yang sepi dan gelap itu
si pemuda menunggu mobil yang akan memberi dia tumpangan kembali ke kota
Riyadh. 15 menit menunggu. 30 menit berlalu. Hingga datanglah sebuah mobil tua
yang juga dikemudikan oleh seorang tua yang akhirnya memberinya tumpangan ke
kota Riyadh. Begitu lega perasaannya saat membaca rambu RIYADH 250 KM di perlintasan
utama jalur lintas kota. Namun hal itu segera hilang saat ia menyadari bahwa
bapak tua sang sopir belum berkata sepatah kata pun semenjak ia menaiki mobil
tua itu 15 menit yang lalu.
Beberapa menit berlalu hingga akhirnya rasa
penasaran itu memberanikannya bertanya, “Baiklah pak, apa yang membuat anda
terdiam, anda bahkan belum berkata apapun sejak saya naik mobil ini kecuali
anggukkan kepala anda saat menyetujui permintaan saya untuk ikut sampai kota
Riyadh, apa yang sedang anda pikirkan??..” kemudian si bapak menjawab “Tadi
saya melihat sebuah kejadian yang mengingatkan saya akan kematian, sejak itu
saya teringat akan dosa-dosa saya ketika muda, bagaimana saya bisa tersenyum
jika mengingat kejadian mengerikan tersebut!”, “Apa maksud bapak?” kata si
pemuda. Lantas si bapak menceritakan apa yang dialaminya sesaat sebelum bertemu
si pemuda; “Tadi saat saya baru beberapa kilometer keluar dari kota Dammam
tiba-tiba terdengar suara yang begitu keras dan belum pernah saya dengar
sebelum ini. Ternyata di depan sana terjadi sebuah kecelakaan mengerikan yang
belum pernah saya lihat sebelumnya. Mereka semua tewas mengenaskan. Peristiwa
itu tidak bisa saya lupakan”.
Mendengar hal itu si pemuda teringat akan
sahabat-sahabatnya yang sedang menuju Dammam. Khawatir akan keselamatan
sahabatnya, si pemuda kembali menanyakan secara rinci soal kecelakaan tersebut,
“Apakah benar kejadian mengerikan itu terjadi di depan anda? Lantas
bagaimanakah lalu lintas menuju kota Dammam, sebab sahabat saya juga sedang
menuju kota Dammam, mungkinkah mereka terhambat akibat kecelakaan itu?”, si
bapak menjawab, “Lalu lintas ke arah Dammam cukup sepi, bahkan mobil malang itu
justru dikemudikan oleh pemuda-pemuda seumur anda berjumlah empat orang, mereka
semua tewas seketika secara mengenaskan bersama mobil mereka yang hancur lebur
akibat kecelakaan mengerikan itu”, dengan suara gemetar si pemuda berusaha
bertanya, “Apakah mobil itu sedan berwarna merah, katakan padaku?!?!”,
tiba-tiba si bapak menginjak remnya lantas memandang mata si pemuda seraya
menjawab, “Ya, sedan merah yang berisi empat orang pemuda adalah mobil yang
saya ceritakan kepada anda!!..”, mendengar jawaban itu si pemuda langsung terdiam
seribu bahasa. Sejak saat itu masing-masing mereka terdiam dan menuju kota
Riyadh dalam keheningan.
Perjalanan kembali ke Riyadh merupakan perenungan
panjang yang akan merubah kehidupan si pemuda untuk selamanya. Tiada habis ia
bersyukur bahwa ia telah mengambil keputusan tepat untuk kembali ke Riyadh
karena Allah SWT telah mengingatkannya dengan cara-Nya. “Begitulah kiranya
Allah SWT menampakkan padaku rambu JAHANNAM sejak awal perjalanan.
Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah..” gumamnya dalam hati. Sejak
saat itu, si pemuda tadi bertobat dan berjanji pada dirinya untuk melakukan
segala bentuk ketaatan pada Allah SWT sebagai bentuk syukur terhadap peringatan
Allah SWT akan siksa Neraka JAHANNAM. Karena bilamana ia tetap melanjutkan perjalanan
itu tanpa mengindahkan peringatan-peringatan Allah SWT niscaya ia sudah tewas
dalam kecelakaan tersebut dan masuk Neraka JAHANNAM akibat dosa-dosanya di
dunia selama ini. Begitulah cara Allah SWT memberikan peringatan kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dengan cara yang dikehendaki-Nya pula.
Semoga bermanfaat !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar